Selasa, 21 Februari 2017

Cerpen Tentang Ibu

Diposting oleh Sesukamu di 01.57

Stay With Me Mom


       Namaku Arin Aku terlahir di keluarga yang sederhana. Aku memiliki satu orang Kakak dan Adik, Kakakku bernama Alisha dan Adikku bernama Amira. Aku memiliki Ayah yang baik dan di mataku, dia Ayah yang baik, bertanggung jawab dan dia Ayah yang bisa segalanya. Pekerjaan Ayahku wiraswasta. Aku memilki satu orang ibu yang hobi memasak. Kami memiliki seorang pembantu rumah tangga yang sudah bekerja selama kurang lebih 7 tahun, sejak Adikku Amira lahir. Dia sering dipanggil Uwa, dia memiliki seorang anak yang bernama Gilang, ia sudah yatim semenjak kecil. Kami sudah menganggap mereka seperti keluarga kami sendiri.  Dulu hidupku terasa sempurna, Aku memiliki orang tua yang memberiku limpahan Kasih sayang mereka, memberi dukungan, semangat dan juga selalu memberikanku nasehat bila Aku berada di jalan yang salah. Dan prestasiku di sekolah pun terbilang baik, Aku menjadi juara kelas. Itu merupakan hadiah dari Allah untukku dan juga kedua orang tuaku. Dan lagi-lagi Allah Adikku ikan hadiah untukku, yaitu Aku masuk ke SMP favorit.          
      Tapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Semenjak Aku masuk SMP satu-persatu sumber kebahagiaanku mulai menghilang. Dimulai dari Ayah, orang-orang di desaku menganggapnya penipu. Aku tak mengerti mengapa mereka bisa sekejam itu? Mengapa mereka selalu memandang semuanya dengan sebelah mata mereka? Apakah mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi? Aku yakin mereka hanya menangkap berita yang bersimpang siur, dan masih dipertanyakan kebenarannya. Hingga pada akhirnya Ayah memutuskan pergi dari rumah, dia tidak tahan melihat keluarganya terutama anak-anaknya selalu saja dipanggil anak tukang tipu oleh teman sebayanya. Ayah berpesan sebelum pergi, "Jaga diri kalian baik-baik, Ayah tidak bisa menjaga kalian dari dekat, Ayah tidak bisa melindungi kalian secara langsung sekarang, tapi Ayah yakin suatu hari nanti Ayah pasti akan pulang ke rumah ini lagi" ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca.Lalu ia menghampiriku dan mengusap kepalaku lalu berkata "Ayah berpesan kepada kamu jangan dululah pacaran, menjadi dia sebagai motivasi boleh, tapi alasan utama Ayah adalah, Ayah tidak ingin kamu terjerumus ke hal-hal yang tidak baik nak. Jadilah anak yang berhasil, anak yang shalehah. Naikkan lagilah derajat Ayah di desa ini, buktikanlah bahwa semua yang mereka pikirkan tentang keluarga kita itu salah nak" itulah yang Ayah katakan padaku. Setelah mengucapkan salam Ayah pergi. Akupun tidak tahan membendung air mata dan akhirnya Aku menangis dipelukan Ibuku.            
           Setahun berlalu semenjak Ayah pergi, Ibuku pun memutuskan untuk membuka warung nasi, Aku dan keluargaku pun mendukung keputusannya. Karena, selain hobi Ibuku juga untuk menghilangkan stress begitulah Ibuku bilang.Selama kurang lebih setahun Ibuku berdagang, dan selama itu pula Aku hanya tinggal berdua dengan Kakakku di rumah. Sementara Uwa dan Adikku tinggal di warung bersama Ibuku. Selama itu Aku merasa seperti ngekos, mau makan pergi ke warung, nyuci baju sendiri dan beres-beres rumah pun sendiri. Tapi entah apa yang dipikirkan oleh Ibu, dia selalu menginginkan Aku dan Kakakku harus membantunya di warung tidak peduli itu pagi, sidang, sore bahkan pun malam. Bila Aku dan Kakakku tidak menurutinya Ibu pasti memarahi kami dengan bahasa kasar dan tak jarang bahasa binatang pun dia sebut dan bahkan kekerasan fisik pun terjadi.                          Lalu pada suatu hari Aku melihat Ibuku bersama seorang pria yang terlihat lebih muda darinya, Aku berkesimpulan bahwa dia bisa disebut pacar Ibuku, karena Aku sudah melihat mereka bersama lebih dari tiga kali dan juga di dukung oleh faktor-faktor yang lain. Cepat atau lambat semuanya pasti terbongkar, Allah pasti akan memperlihatkan sebuah teka-teki yang harus kita ketahui kebenarannya. Karena Aku tidak tahan melihat mereka Aku memutuskan untuk pulang. Setelah sampai di rumah Aku menangis sejadi-jadinya."Ya Allah apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa semua ini terjadi? Apakah ini cobaan ataukah karma? Apakah Ibu tidak memikirkan bagaimana perasaan kami? Ya Allah beri kami jalan keluar dari masalah ini" gumamku didalam hati.Terbesit di benakku sebuah kejadian lucu yang selalu terjadi saat kami bersama, canda, tawa semua itu hanya tinggal kenangan. Apakah semuanya akan terjadi lagi? Entahlah itu merupakan rahasia Allah."Ya Allah kuserahkan semua ini kepadamu, sekarang Aku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya kaulah yang bisa menolong kami ya Allah" kuselipkan do'a dalam tangisku.Tidak lama setelah itu Kak Alisha pun pulang, lalu ia bertanya kepada ku apa yang terjadi dan Aku menceritakan semuanya kepada Kak Alisha. Kak Alisha memelukku dan mengusap kepalaku."Semua yang terjadi pasti ada hikmahnya dek, Kakak tahu apa yang adek rasakan. Tapi hidup ini perlu dijalani de, Allah pasti akan adil dek" ucapan Kakak memberikanku sedikit semangat.Semenjak kejadian itu, setiap hari Aku pasti menangis, setiap hari pasti akan ada kejadian yang membuatku menangis. Sampai-sampai prestasi di kelas pun menurun. Ibu tidak mengetahui hal tersebut, karena bukan Ibu yang mengambil raportku tetapi Kak Alisha. Ibu terlalu sibuk berbelanja di pasar. Walaupun begitu Ibu tidak bertanya apa-apa akan hal tersebut. Aku merasa sudah tak memilki Ibu.     
           Sore itu Aku menangis dan badaku kututupi dengan selimut, tiba-tiba Ibuku pulang ke rumah lalu masuk ke kamarku, ia lalu memelukku."Arin kamu kenapa nak?" tanya Ibu. Aku tidak bisa menjawab, Aku hanya bisa menjawab didalam hatiku yang paling dalam, berharap Ibu bisa mendengarkannya."Arin prestasi belajarmu menurun nak?" Ibu bertanya lagi, Aku masih tidak bisa menjawab. Aku hanya sanggup menjawabnya dengan gerakkan kepalaku."Kenapa Ibu baru bertanya sekarang? Setelah beberapa bulan berlalu kenapa baru sekarang? Apa yang Ibu lakukan selama ini? Ya Allah apa yang harus Aku lakukan? Apakah Ibu sudah sadar sekarang? Ini bukan rekayasakan ya Allah?" gumamku didalam hati."Apa yang kau inginkan nak? Ibu akan menurutinya, kau mau Ibu berhenti berdagang?" tanyanya sekali lagi. Aku pun mengangguk."Aku ingin Ibu berhenti pacaran, tapi apakah Aku harus mengucapkannya? Apa tidak usah? Apa dia akan marah bila Aku mengucapkannya?" perdebatanpun terjadi dalam batinku.Keesoka harinya ibu memasakkan makanan untukku, setelah sekian lamaakhirnya Ibu memasakkan makanan hanya khusus untukku. Bahkan dia membereskan semua pekerjaan rumah, lalu Aku melihat wajah Ibu pucat dan tiba-tiba saja Ibu terjatuh dan kejang-kejang, Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, lalu aku menelpon Uwa. Ibu dibawa ke rumah sakit, Aku tidak tahu Ibu mengidap penyakit apa dan Akupun tidak diberi tahu. Setelah beberapa hari Ibu dirawat di rumah sakit, Ibu pulang ke rumah. Aku selalu menemani Ibu, Aku tak ingin meninggalkan Ibu sedetikpun, entah apa yang akan terjadi, tapi firasatku berbicara begitu. Tiba-tiba Ibu mengusap kepalaku, Aku menengok ke arah Ibu, lalu Ibu memelukku.
"Nak maafkan Ibu mungkin kedepannya Ibu tidak bisa menemanimu" ucap Ibu. Aki menahan napas untuk sesaat. Pikiranku dipenuhi pertanyaan.
"Ibu apa yang Ibu bicarakan? Apa yang terjadi Bu? Mengapa Ibu tiba-tiba menemaniku? Biasanya Ibu hanya peduli dengan dagangan Ibu, pasti ini semua ada sebabnya" tanyaku sambil menangis.
"Nak berjanjilah kepada Ibumu ini, bahwa kau akan menjadi anak yang sukses di masa depan nanti" ucap Ibu.
"Tapi Ibu..... " tiba-tiba Aku merasa pelukan Ibu semakin melemas.
Aku melepaskan pelukan Ibu, Aku melihat wajah Ibu, Aku memeriksa napasnya. Seketika napasku terhenti, ketika mengetahui bahwa Ibu telah tiada untuk selama-lamanya.
"Ibu.........." panggilku sambil berteriak.
Setelah pemakaman Uwa memberikan sepucuk surat."Ini surat yang Uwa temukan di kantung baju Ibumu, sepertinya ini untukmu. Ibumu mengidap kanker otak" ucap Uwa, sambil menyodorkan surat itu kepadaku.
Aku membaca surat itu, Ibu berpesan kepadaku "untuk selalu menyanyangi orang-orang disekitarku, menurut pada Uwa, jaga adikmu dan jangan lupa jadilah anak yang sukses dan bisa membahagiakan Ibu meskipun Ibu sudah tiada. Jangan terlalu banyak menangis nak".
Akupun menangis setelah membaca surat tersebut.
"Ibu biarkan Aku menangis untuk kali ini saja, Aku berjanji untuk kedepannya Aku akan menjadi anak yang kuat, anak yang bisa membanggakanmu dan Aku berjanji, Aku pasti akan membawa Ayah pulang ke rumah, Aku berjanji Bu" gumamku dalam hati.




Sekian cerpen saya, semoga pembaca menyukainya :)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Sesukamu Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting