Jumat, 03 Maret 2017

Resensi Buku "Sekolah itu Candu"

Diposting oleh Sesukamu di 04.14
Judul Buku: Sekolah itu Candu
Penulis: Roem Topatimasang
Penerbit: INSISTPress
Sleman, Yogyakarta
Pengantar:-
Tahun Terbit: 2013 (cetakan ke-13).
Tebal Buku: XVI + 129 halaman.

"Sekolah" mungkin kata yang tidak asing lagi kita dengat. Dimulai dari orang Yunani yang biasa mengisi waktu luangnya dengan mengunjungi suatu tempat atau seseorang yang mereka anggap pandai untuk bertanya dan mempelajari, yang mereka rasa perlu dan butuh untuk diketahui. Hingga kebiasaan itupun diberlakukan kepada anak-anak mereka, caranya dengan menyerahkan kepada orang yang dianggap tahu atau pandai disuatu tempat tertentu. Kebiasaan itu berlangsung hingga saat ini, yang lebih akrab kita sebut dengan sekolah.
     Bagaimana perkembangan sekolah di Indonesia? Dan bagaimana involusi yang terjadi di Indonesia? Dulu sekolah di Indonesia bertempatan di gedung-gedung tua peninggalan Belanda dengan dinding tembok tebal, bentuknya melingkar mirip huruf U dengan lapangan rumput luas di bagian tengasekolaherapa tahun kemudian, bangunan tersebut sudah rata dengan tanah. Tidak ada bencana alam yang terjadi, tetapi bangunan tersebut sengaja dirobohkan. Sebagai gantinya tidak jauh dari sana didirikan sebuah bangunan untuk sekolah, bangunan tersebut terlihat koko. Mereka melakukannya dengan beralasan bangunan ini lebih memenuhi kriteria bangunan sekolah. Sejak saat itulah anak-anak harus bersekolah memakai seragam, sepatu kulit, kaos kaki katun dan alat-alat tulis buatan pabrik lengkap dengan tas sekolahnya. Tidak jauh berbeda dengan anak sekolah zaman sekarang.
     Buku ini mencoba memberi gambaran tentang pemerintahan yang ada di Indonesia khususnya dalam bidang pendidikan.
Indonesia tidak kurang dari seperlima atau lebih dari 20% anggaran belanja negara justru dipergunakan bagi pembiayaan pembangunan sektor pendidikan. Bayangkan saja, dalam kurun waktu lebih dari satu dasawarsa saja, angka statistik pendidikan nasional negeri ini melonjak naik dalam kelipatan rata-rata tiga sampai lima kali.
Akan tetapi dibalik angka-angka laju pertumbuhan yang memang menakjubkan it, juga terjadi angka-angka kebalikkannya dalam lipatan yang tak kalah fantastik, seperti jumlah murid tinggal kelas, jumlah pelajar yang putus sekolah, dan yang paling parah adalah sarjana yang frustasi karena kehabisan lapangan kerja sehingga menyebabkan semakin meningkatnya jumlah pengangguran di negeri ini.
Selain itu, buku ini juga seperti ingin memperlihatkan perilaku-perilaku para pejabat negara, apalagi dalam bidang pendidikan.
Bidang administrasi dan manajemen persekolahan tetap saja menjadi salah satu masalah sistem pendidikan yang paling rumit sampai saat ini. Salah satu pusat korupsi, manipulasi dan salah urus. Sekaligus salah satu kementrian penghasil Sisa Anggaran Pembangunan (SIAP) terbesar tiap tahunnya.
   Percobaan-percobaan mereka yang mahal itu seakan-akan tak ada habisnya, malah semakin menggebu-gebu. Memang betul kurikulum sekolah sudah dibuat lebih ramping, kemampuan guru-guru semakin meningkat berkat mengikuti berbagai macam penataran. Tetapi bila seperti itu bukannya makin menyederhanakan, tetapi malah semakin meruwetkan dengan ketidak semakin jelasan ujung pangkalnya.
   Sebaliknya sekolah menjadi milik dan alat dari satu kekuatan raksasa yang atas nama dengan label-label 'demi pembangunan, industrialis, modernisasi, globalisasi'. Apa yang terjadi bukalah inovasi yang sesungguhnya tetapi proses involusi. Hakekat suatu proses pembaharuan adalah penciptaan keamanan yang lebih baik dari sebelumnya, bukan perkembangan yang pada dasarnya tanpa perubahan alias jalan ditempat, Atau sebaliknya yang ada semakin memperburuk keadaan.

1 komentar:

Unknown on 3 Mei 2017 pukul 17.04 mengatakan...

bagus.. sekolah itu bukan cuma candu, tapi juga membosankan. dan membikin, pikiran jadi lebih terangsang.

Posting Komentar

 

Sesukamu Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting